Selasa, 30 Maret 2010

ANEURISMA OTAK

RESUME ANEURISMA OTAK
PIB KUDUS PARI JAWA TENGAH

1.PENDAHULUAN
Aneurisma merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani “ aneuyrisma” (ana : across, eurys : broad) yang berarti dilatasi abnormal dari sebuah arteri. Aneurisma serebral (otak) meliputi sirkulasi otak bagian anterior dan bagian posterior.
Aneurisma otak seringkali menimbulkan kematian mendadak akibat lemahnya dinding pembuluh darah dengan berbagai sebab yang melatar belakanginya. Akibat pecahnya pembuluh darah tersebut maka terjadilah perdarahan otak dan hematom intracranial yang disebut stoke hemoragik / perdarahan subarachnoid, dengan berbagai akibat lanjutan, mulai dari yang ringan hingga berat berupa kematian. Adapun gejala yang paling dominan adalah sakit kepala.
Pembuluh Aneurisma otak adalah suatu kelainan pada dinding darah otak dimana terdapat kelemahan yang mengakibatkan terbentuknya tonjolan / pada daerah tersebut yang amat riskan terjadi ruptur tiba-tiba. Tonjolan tersebut sering terlihat seprti berry yang tergantung pada batangnya.

2.ETIOLOGI
Aneurisma otak bisa menyerang siapa saja tapi secara umum mengenai dewasa muda dekade dua ke atas. Prosentasenya sekitar 5% dari seluruh orang dewasa. Perbandingan antara yang pecah dan tidak pecah adalah 5:3. Penyebab utama masih kontroversi diduga kuat : kelainan bawaan, hipertensi, emboli, infeksi dan trauma. Aneurisma bisa terjadi pada pembuluh darah otak dimana saja, tetapi yang paling sering yaitu pada arteri dasar otak. Beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan kelemahan dinding arteri, hingga menyebabkan terbentuknya aneurisma antara lain : usia yang lebih tua, hipertensi, merokok, arteriosclerosis, cidera kepala, infeksi dan lain-lain.

3.PATOFISIOLOGI
Adanya penipisan dinding pembulih darah pada lapisan tunika media mengakibatkan penonjolan ditempat tersebut akibat desakan tekanan darah.

4.KOMPLIKASI
Ketika aneurisma pecah terjadi perdarahan beberapa detik saja tetapi karena terjadi pada arteri maka hematom yang terbentuk cukup banyak sehingga menyebabkan penekanan pada otak dan tekanan intracranial meningkat. Akibatnya terjadi hipoksia otak yang menyebabkan penurunan kesadaran dan bahkan kematian.

5.TATA LAKSANA ANEURISMA OTAK
Ada dua cara pengobatan aneurisma otak, yaitu melalui tehnik intervensi pembedahan dan radiologik yang pemilihannya tergantung pada :
•ukuran aneurisma
•bentuk aneurisma
•lokasi aneurisma
Pembedahan menggunakan tehnik klipping untuk menjepit leher aneurisma. Untuk intervensi radiologik adalah dengan menggunakan kateter dan memasukkan balon atau coil untuk menyumbat aneurisma.

6.EVALUASI IMEJING ANEURISMA SEREBRI
Penilaian imejing untuk identifikasi aneurisma serebri meliputi :
1.Visualisasi perdarahan subarakhnoid.
2.Konfirmasi ukuran, lokasi dan morfologi aneurisma serebri.
3.Evaluasi Vaskularisasi serebral meliputi : spasme pembuluh darah, atherosklerosis, pergeseran (displacement)
4.Penilaian dinding aneurisma.
5.Penilaian kelainan patologis otak lain yang menyertai aneurisma serebri.

Pemeriksaan CT Scan
CT Scan sangat baik dalam mengidentifikasi perdarahan intraventrikel (dijumpai pada 13-28 % kasus aneurisma), hematoma parenkim, dan hematoma subdural yang sering dijumpau pada kasus-kasus perdarahan subarakhnoid.
Sensitivitas pemeriksaan CT dapat mengidentifikasi adanya aneurisma serebri dengan diameter 5 mm atau lebih dengan baik, sedangkan untuk diameter 3-5 mm identifikasi mencapai 60-70%, sedangkan untuk aneurisma besar / Giant memiliki ketepatan mencapai 100%.
Ciri-ciri aneurisma serebri yang dapat dinilai dengan pemeriksaan CT meliputi sebagai berikut:
•area dengan densitas meningkat, focal yang berasal dari darah diluminal.
•area elongatio / globular focal dari penyangatan kontras.
•kalsifikasi didinding aneurisma.
•clot / bekuan darah didalam aneurisma besar.
Aneurisma yang besar mempunyai diameter transversal 1-2,4 cm dan giant aneurisma bisa mencapai 2,5 cm atau lebih.

Pemeriksaan MRI
Perdarahan subarakhnoid lebih dari 12-24 jam secara rutin dapat di identifikasi dengan MRI. Pemeriksaan MRI potongan tipis dapat mengidentifikasi aneurisma serebri dengan diameter 3 mm. Pemeriksaan dengan memakai TE short, long TR, SE sekuens, terbaik untuk menilai aneurisma. Penyangatan kontras aneurisma tampak jelas pada daerah lumen bagian sentral, sehingga dapat membedakan kasus aneurisma segmen kavernosa dengan mass pituitary. MRI dapat mengidentifikasi juga keadaan timbulnya trombus intramural pada kasus-kasus aneurisma disekting.
MRI superior dalam mengevaluasi hubungan antara aneurisma dan bagian otak yang berdekatan (pada pemeriksaan CT sering timbul artefak pada fossa posterior). Hal ini diperlukan untuk menentukan lokasi aneurisma yang ruptur, bagian intraparenkim yang berdekatan atau clot subarakhnoid dapat diidentifikasi. Hal ini diperlukan untuk menentukan lokasi aneurisma yang ruptur pada kasus aneurisma multipel, jika gejala klinis tak jelas.
MRI superior dibandingkan CT untuk lokalisasi aneurisma serebri, hubungan dengan struktur yang berdekatan serta perubahan pada jaringan otak yang berdekatan.

MRA DAN ANGIOGRAFI
MRA baik dalam menilai aneurisma serebri (55-86%) dan sensitivitas akan meningkat bila dikombinasikan dengan pemeriksaan MRI. MRA merupakan pemeriksaan skrining. Pemeriksaan yang sering dipakai adalah TOF 3D. MOTSA dipakai jika aliran lambat pada aneurisma distal (flow saturasi rendah, sehingga tak terlihat pada TOF 3D).
Pemeriksaan MRA dikombinasikan dengan pemeriksaan MRI dapat memperlihatkan pola aliran interna pada aneurisma besar dan giant dengan aliran cepat di daerah perifer dan aliran yang stagnant disentral.
Kontras gadolinium I.V tidak di anjurkan dipakai untuk mengidentifikasi aneurisma serebri, namun dapat membantu memperjelas gambaran aneurisma kecil. Kekurangannya dapat menimbulkan artefak sehingga menimbulkan penyulitan dalam menilai aneurisma (karena efek penyangatan pada sinus dura, vena intracranial dan struktur intracranial).

7.TINJAUAN KASUS
a.Iliustrasi kasus
Pasien dengan keluhan pusing yang lama periksa di dokter, kemudian diminta untuk pemriksaan CT Scan. Dari hasil pemeriksaan CT Scan dicurigai adanya aneurisma arteri karotis interna kanan. Setelah itu pasien dirujuk untuk menjalani periksaan MRI.
b.Peralatan yang dipergunakan
•Pesawat MRI
•Head coil
•Peralatan imobilisasi untuk kepala
•Selimut untuk pasien
c.Persiapan pasien
•Pasien ganti baju dan melengkapi check list yg disediakan
•Pasien supine pada meja pemeriksaan dengan pertengahan kepala didalam coil
•Head alignment dan posisinya dalam coil dicek
•Pasien supine , kepala dalam coil
•Coil di pasang dan pasien ditanya apakah pasien merasa nyaman atau tidak
•Kepala diatur shg garis interpupilary paralel dengan meja pemeriksaan dengan kepala diatur lurus
•Pasien diposisikan shg longitudinal alignment light berada di mid line, dan horizontal alignment light melalui nasion.
•Pasien diimobilisasi dengan strap dan bantalan yang tersedia.
•Pasien dimasukkan dalam medan magnet dengan daerah kepala berada pd isosenter
•Pintu ditutup rapat agar tidak ada interferensi RF
d.Parameter umum untuk pemeriksaan
•FOV sesuai dengan area pemeriksaan
•Slice thickness 7 mm Gap 0 sampai 0,5
•Banyaknya slices sesuai daerah yang discan
•Matrix rectanguler bila memungkinkan 192 x 256
•MRA
e.Protocol pemeriksaan
•Entry data pasien
•Pilih protokol yang akan digunakan yaitu head, pilih sequence yang akan dipakai yaitu:
•2 plane Scanogram ; digunakan untuk membuat dua localizer yaitu : sagital midline dan coronal setinggi pituitary dengan parameter FOV 25 cm, thickness 5,0 mm, frequency 256, phase 128, NSA 1, TR 30, Flip angle 30 dan TE 12.
•Axial T1 SE ; potongan dibuat sejajar genu corpus callosum anterior dan posterior mencakup dari dasar cerebellum sampai dengan vertex dengan parameter ebagai berikut : FOV 22 cm, thickness 5,0 mm, frequency 256, phase 200, NSA 4, TE 15, TR 400.
•Axial Flair ; potongan, coverage dan jumlah slice dibuat sama dengan axial T1 SE dengan mengcopy protocol sebelumnya, tetapi dengan parameter sebagai berikut : FOV 22 cm, frequency 256, phase 200, NSA 3, TE 120, TR 8500, TI 2100.
•Axial T2 FSE ; potongan, coverage dan jumlah slice dibuat sama dengan potongan axial sebelumnya, dengan parameter sebagai berikut : FOV 22 Cm, frequency 256, phase 200, NSA 3 , TE 120,, TR 4000.
•Sagital T2 FSE ; potongan dibuat sejajar dengan midline, frequency 256, phase 200, NSA 3, TE 120, TR 4000.
•MRA 3 D TOF ; dibuat potongan yang mencakup daerah a. cerebri media dengan parameter : sequence 3D TOF frequency 200, phase 128, NSA 1, FOV 16 cm, thickness 1,2 mm, TE 11, TR 30, dan FA 35.

f.ANALISIS HASIL
Hasil intrepretasi oleh radiologis : lesi ektra axial yang mendesak pons dari sisi kanan, cenderung suatu aneurisma disertai trombus pada regio P1 kanan. Dari hasil expertise radiologist dan jika dilihat pada hasil image dapat terlihat jelas adanya aneurisma pada gambaran MRI baik pada potongan axial T1, axial T2, axial FLAIR terlebih pada penggambaran MRA sequence 3D TOF Vasculer dengan pengolahan MIP dapat terlihat dengan jelas adanya aneurisma pada pembuluh darah diotak.

g.KESIMPULAN
MRI dengan kekuatan magnet 0,3 Tesla dengan software yang mendukung seluruh pemeriksaan, maka hasil gambaran yang dihasilkan sudah cukup baik dalam membantu menegakkan diagnosa dengan berbagai sequence yang dapat dilaksanakan.
Pemeriksaaan MRI Brain pada kasus anuerisma di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus sudah cukup baik dalam membantu menegakkan diagnosa dari aneurisma. Pada pemeriksaan MRI Brain di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus sequence yang dipakai meliputi :
-2 plane T2*GRE (Scanogram) - Axial T2 FSE
-Axial T1 FLAIR - Sagital T2
-langkah lebih baiknya, agar diagnosa aneurisma semakin akurat digunakan MRI dengan tesla yang lebih tinggi sehingga imaging yang dihasilkan mempunyai citra yang sangat baik.

Kamis, 04 Maret 2010

RADIOLOGI MEDICAL CARE

Radiologi merupakan bagian dari penunjang medik Rumah Sakit yang mempunyai fungsi sangat penting yaitu diagnosa suatu penyakit, tanpa Radiologi seakan diagnosa penyakit kurang lengkap. Semakin canggihnya peralatan Radiologi sekarang ini semakin menambah pentingnya diagnosa yang diberikan di Instalasi Radiologi. Canggihnya peralatan Radiologi harus didukung juga oleh tenaga Radiografer yang berkompeten dan profesional dibidangnya.

Radiologi sekarang ini melingkupi radiodiagnostik, radioterapi dan kedokteran nuklir. Masing-masing bidang diatas mempunyai keunggulan sesuai dengan penyakit yang diperiksanya. Dimasing-masing bidang mempunyai modalitas canggih seperti CT Scan MSCT , MRI , PETSCT ataupun USG 4 Dimensi atau lain sebagainya. Keunggulan masing-masing modalitas tersebut mempunyai keterkaitan yang sangat erat.

Perkembangan modalitas Imaging Radiologi, kadang tidak dibarengi dengan distribusi perkembangannya baik alat maupun Radiografernya. "Pemerataan itulah yang sangat diharapkan". Sehingga Masyarakat Sehat tidak cuma menjadi selogan tetapi benar-benar bisa dinikmati sampai manapun. Mari kita bersama-sama eratkan tangan untuk mewujudkan masyarakat sehat, mari kita mulai dari kita terlebih dahulu, Kerja KITA "KERJA KERAS, KERJA CERDAS dan KERJA IKHLAS".